Perpustakaan merupakan
gudang ilmu bagi siapa saja,
dari yang muda hingga tua pasti mereka membutuhkan
ilmu. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa dibagikan kepada orang lain
dalam arti kata lain yaitu berguna. Seringkali perpustakaan saat ini jarang dikunjungi
apalagi jika tidak karena tugas atau sangat butuh sekali mereka tidak akan pergi
ke Perpustakaan, padahal membaca itu jendela dunia. Tidak hanya perpustakaan,
sekarang ini sudah jamannya ada Taman baca. Menarik sekali pengalaman
mahasiswa/I ilmu perpustakaan membuka layanan taman baca diatas gunung Slamet.
Sebelumnya kita perkenalan dulu dengan Gunung Slamet, pasti kalian
bertanya-tanyakan dimana sih gunug slamet ini. Yuk simak, jadi tuh Gunung
Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua di
pulau Jawa setelah gunung Semeru. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.428 mdpl.
Gunung Slamet adalah gunung api yang masih aktif. Gunung ini juga dikatakan
sebagai gunung yang membelah pulau Jawa karena berdiri di 5 kabupaten yakni
Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten
Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Aktivitas terakhir gunung Slamet adalah pada
bulan Maret 2014 dan hingga awal 2015 gunung ini masih berstatus waspada.
Jalur pendakian gunung Slamet terkenal berat. Ekologi pada gunung Slamet
sebagian besar adalah hutan. Di kaki gunung adalah perkebunan yang subur
sehingga banyak masyarakat kaki gunung Slamet hidup berkecukupan dengan
limpahan kekayaan alam. Selain kekayaan alam yang melimpah gunung Slamet juga
dikenal gunung yang memiliki background penuh mitos.Wah jauh sekali
bukan kalau harus ditempuh dari Jakarta.
Para mahasiswa/I Ilmu
Perpustakaan UIN Jakarta memang beberapa ada yang menyukai kegiatan mendaki
gunung. Momen mendaki gunung ini dimanfaatkan dengan membuka layanan taman baca
diatas Gunung Slamet. Pada hari sabtu 20 oktober 2018 mereka mulai membuka
layanan tersebut bagi para pendaki. Komunitas Bhinneka Tunggal Baca ini
beranggotakan mahasiwa/I penggiata literasi informasi dengan bertujuan untuk
menyuarakan membaca dan memberikan pandangan baru pada masyarakat bahwa mendaki
gunung tidak hanya tentang alam, tetapi juga bisa digunakan sebagai sebuah
inovasi dalam literasi, karena berbagi ilmu dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja. Menurut Fahdrizal Muftin Aryatama selaku penggiat Komunitas
Bhinneka Tunggal Baca banyak yang harus mereka lalui, dengan beban yang dibawa
saat mendaki seperti perlengkapan berkemah itu sudah cukup berat ditambah lagi
mereka harus membawa buku bacaan. Dengan beranggotakan 10 orang, mereka harus
membawa buku minimal 20 buku untuk bisa membuka taman baca tersebut dengan niat
yang ikhlas dan semangat yang membara akhirnya mereka bisa membuat taman baca
dengan lancar. Salah satu anggota juga mengatakan bahwa kali pertama
komunitasnya membawa puluhan buku di puncak gunung, sehingga mereka menyadari
memang cukup sulit jika kegiatan ini dilaksanakan terus menerus di alam,
khususnya puncak gunung. Namun kegiatan semacam ini tidak akan pernah mereka
hentikan demi menggaungkan Literasi di Indonesia.
Kegiatan semacam itu
perlu diapresiasi, pemuda-pemudi Indonesia wajib mencontoh kegiatan positif
seperti itu. Mari kita ikut peduli dengan kegiatan membaca, dengan membaca
wawasan kita akan bertambah. Salam Literasi !!! Cek di http://fah.uinjkt.ac.id/taman/
Wahh keren
BalasHapusMantap sekalii
BalasHapusKerenn sihh.. patut diapreasiasi ��
BalasHapusKeren banget kegiatan nya. Patut di apresiasi dan bagus nih buat ditiru
BalasHapus